Komunis ?Senjata Makan Tuan? untuk Fadli Zon

Nasional / 28 June 2014

Kalangan Sendiri

Komunis ?Senjata Makan Tuan? untuk Fadli Zon

Theresia Karo Karo Official Writer
5147

Beberapa hari ini media diramaikan dengan pemberitaan seputar video klip dukungan terhadap calon presiden Prabowo yang dibuat oleh musisi Ahmad Dhani. Selain musik, dan penempatan lambang Republik Indonesia ada hal lain yang lebih booming, yakni pakaian yang digunakan. Pentolan grup musik Dewa 19 ini menggunakan pakaian militer yang mirip dengan seragam petingggi Nazi Heinrich Himmler, penjahat perang yang dianggap sebagai aib bangsa.

Tim ahli pemenangan Jokowi-JK, Andreas Pareira menyatakan bahwa hal ini patut dicurigai. Karena penampilan yang terlihat di video klip ini, mungkin turut menggambarkan karakter asli berbau Nazisme dari capres nomor urut satu. Tidak tinggal diam, tim sukses Prabowo, Fadli Zon balik menuding Revolusi Mental yang diusung oleh capres Joko Widodo bernuansa komunis.

Fadli menjelaskan bapak komunis Karl Marx menggunakan istilah Revolusi Mental dalam karyanya ‘Eighteenth Brumaire of Louis Bonapartem’ tahun 1869. Istilah ini digunakan tokoh-tokoh berhaluan kiri untuk menghapus sesuatu yang berhubungan dengan agama.

Pernyataan ini kemudian kembali ditanggapi kubu Jokowi. Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK, Hasto Kristiyanto menganjurkan Fadli segera menghilangkan tuduhan buta yang tidak mendasar. “Fadli Zon lah yang justru mengidentikkan dirinya dengan Komunisme Karl Marx, dengan berkunjung ke makamnya,” menurut berita yang dilansir dari Metrotvnews di Jakarta, Jumat (27/6).

Hasto mengatakan bahwa spiritualitas Fadli tergambar melalui kegiatan berziarah ke makam Karl Marx. Pembelaan ini disertai bukti foto yang beredar di media sosial. Fadli tampak membawa seikat mawar merah dan meletakkannya ke nisan mendiang pencetus Manifesto Komunis itu. Menurut foto ini Hasto menyimpulkan Fadli yang sebenarnya mengagumi komunis.

Saling serang antar dua kubu pemenangan pasangan capres ini, menjadi bagian dalam kampanye untuk mendulang dukungan. Usaha pemenangan yang terlihat ‘memaksa’ dengan mengangkat isu Fasis dan Komunis malah dapat memicu perdebatan SARA dan menyakiti pihak yang pernah menjadi korban dari dua isu tersebut. Akan lebih baik bila masyarakat disuguhkan dengan bentuk kampanye positif yang memberikan harapan baru bagi pembangunan Negeri. Serta dibutuhkan peran media yang menjadi sumber informasi untuk netral dan berpihak kepada masyarakat, bukannya capres.

 


Sumber : Merdeka/Metrotvnews.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami